Pages

Selasa, 20 Oktober 2015

Sikap Siswa Terhadap Matematika

A.      Variabel Penelitian : Sikap Siswa Terhadap Matematika
B.      Kajian Pustaka
1.       Pengertian Sikap Terhadap Matematika
Yara (2009) mengartikan sikap sebagai konsep yang memperhatikan cara seorang individu berpikir, bertindak, dan bertingkah laku. Dalam hal ini, sikap berkaitan dengan pikiran, tindakan, dan tingkah laku. Sikap dibentuk dari pengalaman belajar dan situasi pembelajaran.
Menurut McLeod (Galbraith dan Haines, 1998), sikap merupakan refleksi dari reaksi emosional, kepercayaan terhadap suatu objek, atau perilaku suatu objek.
Menurut Allport (Kulm, 1980), sikap adalah kesiapan mental dan saraf berdasarkan pengalaman yang mempengaruhi respon seseorang terhadap semua objek dan situasi yang saling berhubungan.
Menurut Rokeach (Kulm, 1980), sikap merupakan sebuah pengorganisasian dari beberapa keyakinan yang terfokus pada objek atau situasi yang spesifik yang berpengaruh dalam merespon beberapa bentuk tindakan.
Menurut Kulm (1980), sikap merupakan perilaku afektif yang terdiri dari lima level, yaitu: (1) receiving, yang mana siswa mulai memperhatikan suatu fenomena, (2) responding, siswa mulai merasakan kehadiran fenomena tersebut, (3) valuing, siswa mulai berinteraksi dengan fenomena, (4) organization, siswa mulai mengkonsep perilaku dan perasaan tentang fenomena, dan (5) characterization, siswa mengembangkan sebuah filosofi yang konsisten tentang fenomena tersebut.
Zan dan Martino (Akinsola dan Olowojaiye, 2008) menyatakan bahwa pada dasarnya sikap terhadap matematika adalah perasaan emosional positif atau negatif terhadap matematika. Menurut Hart (Akinsola dan Olowojaiye, 2008), sikap terhadap matematika  adalah emosi yang berhubungan dengan matematika, keyakinan matematika, meliputi sikap positif dan negatif, dan tingkah laku terhadap matematika.
Hannula (Curtis, 2006) mendefinisikan sikap terhadap matematika sebagai sifat emosional terhadap matematika yang memiliki empat komponen yaitu :
a.       Emosi pengalaman siswa selama kegiatan matematika;
b.      Emosi yang terbentuk secara otomatis dalam konsep matematika;
c.       Evaluasi tentang situasi yang dialami siswa sebagai akibat dari melakukan kegiatan matematika;
d.      Nilai matematika yang berhubungan dengan tujuan siswa secara umum.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap matematika adalah perasaan emosional positif atau negatif yang berkaitan dengan pikiran, tindakan, perilaku, dan keyakinan siswa terhadap matematika.

2.       Faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Matematika
Tapia dan Marsh (Curtis, 2006), menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi sikap siswa terhadap matematika, yaitu:
a.       Kepercayaan, yaitu keyakinan siswa atas kemampuannya dalam matematika;
b.      Kekhawatiran, yaitu perasaan khawatir siswa akan matematika;
c.       Nilai, yaitu keyakinan siswa akan kegunaan, relevansi, dan keberhargaan matematika dalam kehidupan pribadi siswa dan kehidupan profesional mereka di masa depan;
d.      Kesenangan, yaitu perasaan nyaman siswa dalam belajar matematika dan terlibat dalam kelas matematika;
e.      Motivasi, yaitu keinginan dan minat siswa untuk belajar matematika.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap matematika dipengaruhi oleh faktor kepercayaan, kekhawatiran, nilai, kesenagan, dan motivasi. Selanjutnya kelima faktor ini akan penulis gunakan sebagai indikator penilaian sikap siswa terhadap matematika.

C.      Definisi Variabel Penelitian
Sikap terhadap matematika adalah respon emosional yang bersifat positif atau negatif terhadap matematika yang ditentukan oleh aspek kepercayaan, kekhawatiran, nilai, kesenangan, dan motivasi. Respon tersebut terwujud dalam pikiran, tindakan, dan perilaku terhadap matematika.
  
D.      Kerangka Berpikir

Motivasi Kerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran

       A.      Variabel Penelitian : Motivasi Kerja Guru
       B.      Kajian Pustaka
1.         Pengertian Motivasi
Menurut Stenberg (2003), motivasi adalah kekuatan yang mendorong, menimbulkan dan mengarahkan prilaku. Dengan demikian, perilaku seseorang ditentukan oleh motivasinya. Selanjutnya Santrock (2008) menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya motivasi dapat menimbulkan semangat dan kegigihan untuk bertindak dengan arah yang jelas.
Purwanto (2006) mengemukakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.  Menurut Sadirman (2006), motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin  melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Lutthans (1996) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis atau psikologis yang mendorong dan menggerakkan perilaku ke arah pencapaian tujuan.
Robbins (2009) menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Intensitas berkaitan dengan seberapa giat seseorang berusaha.
Berdasarkan pendapat-pendapat dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah pendorong yang menimbulkan kegigihan perilaku untuk melakukan sesuatu dan mengarahkan tindakan pada suatu tujuan yang ingin dicapai.

2.         Pengertian Motivasi Kerja Guru
Rasheed dkk (2010) menyatakan bahwa motivasi merupakan contributor yang signifikan dalam kinerja guru. Menurut Porter et al., Filak & Sheldon (Rasheed dkk, 2010), motivasi kerja guru sangat penting bagi kinerja dan keberhasilan dari setiap sistem pendidikan.
Motivasi kerja guru adalah dorongan yang menggerakan dan mempengaruhi guru untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Cave dan Mulloy (Schieb dan Karabenick, 2011), guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan selalu mengembangkan keprofesionalannya dan program inovatif untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah suatu dorongan kerja bagi guru untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.

3.         Komponen Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), motivasi memliki 3 komponen utama yaitu: 1) kebutuhan, yaitu berkaitan dengan harapann seseorang, 2) dorongan, yaitu kekuatan untuk memenuhi harapan atau mencapai tujuan, dan 3) tujuan, yaitu hal yang ingin dicapai yang mengarahkan perilaku atau tindakan.
Rogers (Dimyati dan Mudjiono, 2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualisasi diri. Ciri aktualisasi diri tersebut yaitu: 1) berakar dari sifat bawaan, 2) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal, dan 3) pengaktualisasian diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komponen motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, tujuan , dan aktualisasi diri. Artinya motivasi menimbulkan perilaku untuk bertindak secara optimal demi memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4.         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Guru
Menurut Wahjosumidjo (2001), faktor yang mempengaruhi motivasi kerja meliputi faktor internal (yang bersumber dari dalam individu) dan faktor eksternal (yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, dan kepemimpinan.
Menurut Siagan (2006), motivasi kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu: persepsi mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal yaitu: jenis dan sifat pekerjaan, lembaga atau organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan kerja, dan gaji.
Menurut Yunus (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja individu sebagai berikut:
a.       Rasa aman, yaitu adanya kepastian untuk memperoleh pekerjaan tetap, memangku jabatan di organisasi selama mungkin seperti yang mereka harapkan;
b.      Kesempatan untuk maju, yaitu adanya kemungkinan untuk maju, naik tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian;
c.       Tipe pekerjaan, yaitu adanya perkerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, bakat, dan minat;
d.      Nama baik tempat bekerja, yaitu perusahaan (sekolah) yang memberikan kebanggaan karyawan bila bekerja di perusahaan atau sekolah tersebut;
e.      Rekan kerja, yaitu rekan kerja yang sepaham dan cocok untuk kerjasama;
f.        Upah, yaitu penghasilan yang diterima;
g.       Penyelia, yaitu pemimpin atau atasan yang mempuanyai hubungan baik dengan bawahannya, dan mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh bawahannya;
h.      Jam kerja, yaitu jam kerja yang teratur atau tertentu dalam sehari;
i.         Kondisi kerja, yaitu seperti kebersihan tempat kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau, dan sebagainya;

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapt disimpulkan bahwa motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal seperti persepsi terhadap diri, harapan, keinginan, kebutuhan, kepuasan, bakat dan minat serta faktor eksternal seperti lingkungan kerja, gaji, kesempatan untuk maju, dan jenis pekerjaan.

5.       Teori Motivasi
a.       Teori Kebutuhan McClelland
Menurut Robbins (2009), teori kebutuhan McClelland memfokuskan pada kebutuhan manusia yang terdiri atas 3 komponen yaitu : 1) kebutuhan pencapaian, yaitu dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil, 2) kebutuhan kekuatan, yaitu kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya, dan 3) kebutuhan hubungan, merupakan keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. Hal ini berarti bahwa motivasi seseorang itu dipengaruhi oleh kebutuhan untuk pencapaian, kekuatan, dan hubungan.
b.      Teori Harapan
Menurut Robbins (2009), teori harapan meliputi aspek upaya individu, kinerja individu, penghargaan individu, dan tujuan-tujuan pribadi. Berdasarkan aspek tersebut, terdapat 3 hubungan yaitu hubungan usaha dengan kinerja, hubungan kinerja dengan penghargaan, dan hubungan penghargaan dengan dengan tujuan-tujuan pribadi. Upaya individu akan mempengaruhi kinerja, kinerja akan mempengaruhi penghargaan, dan penghargaan akan mempengaruhi tujuan-tujuan pribadi .
c.       Teori Penentuan Tujuan
Robbins (2009) menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit, dengan umpan balik, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa penetapan tujuan yang jelas atau spesifik akan mendorong peningkatan kinerja seseorang.

6.         Indikator Motivasi Kerja Guru
Berdasarkan pendapat-pendapat tentang motivasi kerja maka indikator motivasi kerja guru penulis tentukan sebagai berikut :
a.       Persepsi diri (Siagan, 2006)
b.      Pandangan terhadap pekerjaan (Yunus, 2007)
c.       Kebutuhan (Yunus, 2007)
d.      Penghargaan (Yunus, 2007)
e.      Kesungguhan dalam bekerja (Purwanto, 1997)
f.        Kesadaran (Purwanto, 1997)
g.       Keinginan untuk maju (Yunus, 2007)
h.      Harapan (Siagan, 2006)

      C.      Definisi Variabel Penelitian
           Motivasi kerja guru adalah dorongan pada diri guru untuk melaksakanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dimana dorongan tersebut berkaitan dengan aspek persepsi diri, pandangan terhadap pekerjaan, kebutuhan, penghargaan, kesungguhan, kesadaran, keinginan untuk maju, dan harapan.

      D.  Kerangka Berpikir



Selasa, 06 Oktober 2015

Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan Masalah yang Diteliti


No.
Masalah
Jenis Penelitian
Pendekatan Penelitian
1.
Sikap Siswa Terhadap Matematika
Deskriptif
Mendeskripsikan bagaimana sikap siswa terhadap matematika.


Kuantitaif
Pengambilan data menggunakan angket dan wawancara
2.
Motivasi Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Deskriptif
Mendeskripsikan bagaimana motivasi kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran

Kuantitaif
Pengambilan data menggunakan angket dan wawancara
3.
Peranan Orang Tua dalam Mendukung Belajar Siswa
Deskriptif
Mendeskripsikan bagaimana peranan orang tua dalam mendukung belajar siswa

Kuantitaif
Pengambilan data menggunakan angket dan wawancara