Pages

Senin, 30 November 2015

Metode Campuran (Mixed Method)

A.       Pengertian Metode Campuran (Mixed Method)
Metode campuran merupakan gabungan dari metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pengkombinasian atau penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif ini digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan objektif. Metode campuran ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalsis dua jenis data tetapi juga melibatkan fungsi dari kedua metode pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif  secara kolektif sehingga memperoleh hasil penelitian yang secara keseluruhan lebih komprehensif, valid, reliable dan objektif daripada penelitian yang hanya menggunakan metode kuantitatif atau metode kualitatif.

B.       Tujuan Penggunaan Metode Campuran (Mixed Method)
Secara umum ada 4 tujuan dari penggunaan metode campuran yaitu :
1.    Untuk lebih memahami masalah penelitian dengan mengtriangulasi data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa perincian-perincian deskiriptif.
2.  Untuk mengeksplorasi pandangan partisipan (kualitatif) untuk kemudian dianalsis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).
3. Untuk memperoleh hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel, kemudian menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk memperoleh penjelasan lebih jauh tentang hasil statistik yang sudah diperoleh.
4.  Untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari kelompok atau individu-individu yang tertindas.

C.       Aspek Prosedur Metode Campuran (Mixed Method)
Dalam merancang prosedur penelitian dengan menggunakan metode campuran, ada beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Menurut Creswell (2008), aspek penting dalam merancang prosedur penelitian yang menggunakan metode campuran yaitu waktu (timing), bobot (weighting), pencampuran (mixing), dan teorisasi (theorizing).
1.      Waktu (timing)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan kuantitatifnya. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekunsial) atau dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren). Ketika data dikumpulkan secara bertahap, peneliti perlu menentukan apakah data kuantitatif atau kualitatif yang akan dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini tergantung dari tujuan awal peneliti. Namun pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara bersaman dianggap paling efektif karena tidak membutuhkan waktu lama dalam proses pengumpulannya.
2.      Bobot (weighting)
Bobot yang dimaksud dalam merancang prosedur mixed methods adalah prioritas yang diberikan antara metode kuantitatif atau kualitatif. Dalam studi tertentu bobot dapat sama atau seimbang. Dalam beberapa penelitian lain mungkin lebih menekankan pada satu metode. Penekanan pada satu metode tergantung dari kepentingan peneliti, keinginan pembaca (seperti pihak kampus, organisasi profesional) dan hal apa yang ingin diutamakan oleh peneliti.
3.      Pencampuran (mixing)
Pencampuran berarti bahwa data kuantitatif dan kualitatif dikombinasikan dalam beberapa cara. Peneliti bisa mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren, kemudian menggabungkan atau meleburkan secara utuh kedua data tersebut dengan mentransformasi data kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung (kuantitatif). Selain itu, jika peneliti tidak menggabungkan kedua data tersebut, peneliti bisa menjadikan salah satu data sebagai data sekunder dan data lainnya sebagai data primer, dimana data sekunder berperan sebagai pendukung atau penjelas dari dari primer.  
4.      Teorisasi (theorizing)
Dalam merancang metode campuran sangat penting untuk mempertimbangkan perspektif teori yang dapat menjadi landasan bagi keseluruan proses penelitian. Teori tersebut berperan untuk membentuk dan menentukan rumusan masalah yang diajukan, objek penelitian, metode pengumpulan data serta implikasi-implikasi yang diharapakan dari penelitian.

D.       Jenis Metode Campuran (Mixed Method)
Ada dua jenis metode campuran yaitu metode campuran konkuren (concurrent mixed method) dan metode campuran sekuensial (sequential mixed method).
1.        Metode Campuran Konkuren (Concurrent Mixed Method)
Metode ini merupakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif yang pelakasanaannya dilakukan secara bersamaan atau pada waktu yang sama.
a.      Concurent Triangualation
Dalam metode ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama baik dalam pengumpulan data maupun dalam analsisnya. Penelitian dengan metode ini dilakukan dalam satu tahap. Bobot antara metode kuantitatif dan kualitatif seimbang, namun kadang dalam pelaksanaan bisa berbeda atau tidak seimbang.
b.      Concurent Embedded
Dalam metode ini, metode kualitatif dan kuantitatif digunakan secara bersama-sama dengan bobot yang berbeda. Selain itu, ada metode primer untuk memperoleh data yang utama dan ada metode sekunder untuk memperoleh data pendukung dari data primer.

2.        Metode Campuran Sekuensial (Sequential Mixed Method)
Metode ini merupakan pengkombinasian metode kuantitatif dan kualitatif, yang mana hasil dari salah satu metode kemudian dikembangkan dengan menggukan metode lainnya. Dengan kata lain kedua metode tersebut digunakan secara berurutan.
a.      Sequential Explanatory
Dalam metode ini, pada tahap pertama menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Hak ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif pada tahap pertama.
b.      Sequential Exploratory
Dalam metode ini, pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kuantitatif. Hak ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian kualitatif pada tahap pertama.

E.        Prosedur Pengumpulan Data Metode Campuran (Mixed Method)
Teddlie dan Yu (2007) mengembangkan lima tipologi sampel metode sampuran, sebagai berikut:
1.        Strategi Dasar; teknik sampling kuantitatif dan kualitatif dikombinasikan.
2.       Sampling Sekuensial; sampel pada tahap kedua diambil untuk melengkapi sampel pada tahap pertama.
3. Sampling Konkuren; teknik sampling kuantitatif dan teknik sampling kualitatif dikombinasikam menjadi prosedur-prosedur sampling independen atau diterapkan secara bersamaan seperti instrumen survey dengan respons tertutup dan respons terbuka.
4.        Sampling Multilevel; sampling diterapkan pada dua atau lebih unit analisis.
5.        Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi berdasarkan jenis metode campuran.

Secara umum, dalam metode campuran teknik pengumpulan datanya menggunakan self report yaitu menanyakan informasi diri dari individu yang akan diteliti.

F.        Analisis Data Metode Campuran (Mixed Method)
Tashakkori dan Teddlie (2003) menyatakan bahwa ada beberapa analisis data metode campuran, sebagai berikut.
1.      Transformasi Data
2.      Mengeksplorasi Outlier-Outlier
3.      Membuat Instrument
4.      Menguji Level-level Ganda
5.      Membuat Matriks atau Tabel

SUMBER :

Minggu, 29 November 2015

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pertemuan Kedelapan)

Objek pikir filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Pertanyaannya adalah apa yang kita pikirkan dari yang ada dan yang mungkin ada itu? Memikirkan yang ada dan yang mungkin ada itu adalah memikirkan sifat-sifatnya dan hubungan antara sifat-sifatnya serta sturkturnya. Sementara yang ada dan yang mungkin ada itu memiliki lebih dari semilyar pangkat semilyar sifat yang mana kita tidak pernah mampu untuk selesai menyebutkannya. Karena itu, untuk memikirkan sifat-sifat dari yang ada dan yang mungkin ada itu, kita menggunakan cara berpikir reduksi sehingga dalam filsafat muncul aliran reduksionisme. Sebagai manusia kita memiliki sifat reduksifis, artinya kita memilih sifat-sifat dari apa yang kita pikirkan tergantung dari tujuan kita berpikir, misalnya untuk membangun ilmu, membangun kepercayaan, membangun rumah tangga, dan lain sebagainya. Misalnya kita memilih dua sifat yang saling berantitesis dari yang ada dan yang mungkin ada yaitu TETAP dan BERUBAH. TETAP itu, misalnya kita sebagai manusia entah kita itu kecil, besar, dewasa, tua, muda, anak-anak, dsb.. tetap saja manusia. Sedangkan yang BERUBAH itu, sebagai manusia kita selalu mengalami perubahan dari watu ke waktu. Dalam filsafat, Yang TETAP itu memiliki aliran filsafatnya yaitu Pemenidesianisme dengan tokohnya Permenides. Sedangkan aliran filasafat Yang BERUBAH itu yaitu Heracelitosianisme dengan tokohnya Heracelitos. Berdasarkan letaknya, Yang TETAP itu berada di dalam pikiran sedangkan yang BERUBAH itu berada di luar pikiran.
Yang di dalam pikiran itu bersifat absolut atau ideal sehingga ada aliran filsafat absolutisme atau idealisme dengan tokohnya Plato, aliran filsafat ini juga disebut sebagai filsafat platoisme. Yang di luar pikiran bersifat relative dan bersifat kontradiksi yaitu “I ≠ I” karena peduli dengan ruang dan waktu. Yang berada di luar pikiran berkaitan dengan dunia persepsi yaitu dapat ditangkap oleh indera manusia dan bersifat kongkrit sehingga kebenarannya bersifat korespondensi atau cocok, sehingga munculah aliran filsafat korespondensianisme. Yang berada di luar pikiran itu bersifat sintektik, artinya yang di luar pikiran itu saling berkemistri. Sintetik mencakup tiga perkara yaitu (1) adanya saling terhubung, artinya tiadalah benda yang satu tidak terhubung dengan yang lain; (2) berlaku hukum sebab-akibat; dan (3) dapat dipersepsi. Karena bersifat sintetik maka secara otomatis bersifat aposteriori sehingga keduanya saling berkemistri. Sintetik aposteriori berarti bahwa kita akan dapat memahami suatu hal jika terlebih dahulu kita mempersepsikannya atau mengalaminya. Sintetik apriori merupakan hasil dari empiris, sehingga lahirlah aliran empirisisme dengan tokohnya David Hume.
Yang di luar pikiran itu bersifat real atau nyata sehingga muncul aliran filsafat realisme dengan tokohnya Aristoteles. Yang berada di dalam pikiran itu bersifat tetap atau identitas yaitu “I = I”. Yang berada di dalam pikiran itu bersifat abstrak dan nilai kebebenarannya mengutamakan atau mementingkan kekonsistensian. Artinya suatu hal bisa menjadi ilmu jika hal tersebut selalu konsisten sekalipun tidak memiliki makna. Yang di dalam pikiran itu bersifat analtik, artinya “yang penting logis”. Karena bersifat analitik maka secara otomatis bersifat juga apriori, artinya karena cukup logis dalam pikiran pikiran kita, maka pikiran kita dapat melanjutkan ide yang logis tersebut pada ide berikutnya yang wujudnya entah seperti apa. Oleh sebab itu, analitik itu berkemistri dengan apriori dan disebut sebagai analitik apriori, yang berarti bahwa kita dapat memahami suatu hal hanya dengan memikirkannya saja atau tanpa mempersepsikannya terlebih dahulu. Analitik apriori inilah yang merupakan cara berpikir yang didasarkan pada rasio sehingga muncul aliran filsafat rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes.
Pada akhir abad XV, terjadi perdebatan dan pertentangan hebat di antara penganut aliran rasionalisme dan penganut aliran empirisisme. Rene Descartes dengan aliran rasionalisme menyatakan bahwa tidalah ilmu jika tidak berdasarkan rasio. Sedangkan David Hume dengan aliran empirisismenya menyatakan bahwa tiadalah ilmu jika tidak dibangun di atas dasar pengalaman. Pertentangan ini terus berlanjut sampai suatu ketika munculah Immanuel Kant yang kemudian menjadi juru damai dengan menyatukan kedua pandangan tersebut. Immanuel Kant menyatakan bahwa baik rasionalisme maupun empirisisme hanya mengandung separuh kebenaran, artinya tidaklah cukup jika hanya mengandalkan rasio dan tidaklah cukup jika hanya menggunakan pengalaman saja. Dengan mengambil apriorinya Rene Descartes dan sintetiknya David Hume, Immanuel Kant menyatakan bahwa sebenar-benar ilmu adalah sintetik apriori, yang berarti bahwa sebenar-benar ilmu adalah “pengalaman yang dipikirkan” dan “pikiran yang diterapkan”.

Selasa, 24 November 2015

TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian, teknik pengambilan sampel terdiri atas dua kelompok yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

A.      Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah kelompok teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota suatu populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampel ditentukan dan dipilih secara langsung oleh peneliti. 

1.  Convenience Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel dimana sampel yang dipilih adalah sampel yang berasal dari populasi yang mudah diakses.
2.  Snowball Sampling, merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudiam membesar. Misalnya dalam penetuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencarai orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
3.    Purpose Sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

B.      Probability Sampling
Probability sampling merupakan kelompok teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota suatu populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1.   Simple Random Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi suatu populasi. Teknik ini dapat diterapkan pada populasi yang anggotanya homogen.
2.  Sistematic Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
3.  Cluster Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel dari grup unit sampel yang saling berdekatan. Sumber data yang akan diambil sebagai sampel sangat luas seperti penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten.
4.   Stratified Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel dari suatu populasi yang berstrata atau bertingkat. Misalnya populasinya adalah seluruh siswa baik SD, SMP maupun SMA.
5.   Multi-Stage Sampling, merupakan teknik pengambilan sample dari suatu populasi yang terdiri dari berbagao stage, dimana sampel yang dipilih memiliki karakteristik yang dapat mewakili keseluruhan karakteristik populasinya.

Senin, 09 November 2015

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pertemuan Ketujuh)

Perkuliahan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Oktober 2015, di Kelas PM A ruang 305B Gedung Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Kegiatan perkuliahan diawali dengan berdoa, kemudian dilakukan tes jawab singkat. Setelah itu, dilakukan kegiatan tanya jawab. Berikut pertanyaan dari teman-teman mahasiswa dan rangkuman saya atas penjelasan pak Marsigit tentang pertanyaan tersebut.
1.    Berkaitan dengan hasil tes jawab singkat filsafat yang sangat memprihatinkan, yang mana berpikir saja salah apalagi tidak berpikir. Apakah letak kesalahannya dipikiran kita atau bagaimana ?
Penjelasan :
Jikalau nilai anda jelek itu benar dan jikalau anda salah itu benar. Karena anda itu pemula dan belum baca banyak sehingga wajar kalau anda salah atau anda salah itu benar. Itulah validisme. Supaya anda bisa meningkatkan hasil tes anda maka tingkatkanlah bacaan anda. Dengan meningkatkan bacaan harapannya bisa memiliki logika berpikir yang lebih baik. Pikiranmu itu isomorfis dengan dunia. Artinya apa yang ada di dunia ini ada di dalam pikiranmu dan itulah yang disebut dengan pemetaan satu-satu. Engkau hanya bisa mengatakan apa yang engkau pikirkan kecuali engkau dalam keadaan mabuk, pikun, atau gila karena engkau tidak menyadari apa yang engkau katakan. Tes tersebut diwajibkan supaya engkau itu rendah hati dalam bidang keilmuan karena setinggi-tinggi langit masih ada langit dan setinggi-tinggi engkau berpikir masih ada yang lebih tinggi. Rendah hati yang dimaksud yaitu tidak sombong di dalam menuntut ilmu. Kesombongan itu secara normatif adalah mitos di dalam pikiran kita masing-masing. Mitos itu artinya jelas. Jika anda sudah merasa jelas maka ancamannya adalah mitos. Karena itu belajar berfilsafat adalah selalu memikirkan, namun memikirkan yang ada batasnya yaitu spiritualitas. Spiritualitas itu adalah batas dimana pikiran itu harus berhenti, dimana ada saatnya pikiran itu tidak bisa mengendalikan diri. Jadi tes ini tidak semata-mata mengukur kemampuan anda. Jika hasil tesnya rendah, maka harapannya anda semakin giat membaca dan membuat komen. Filsafat itu adalah dirimu sendiri maka dalam hal ini tidak ada istilah menuangkan filsafat, memberikan filsafat, dan transfer filsafat. Bangunlah filsafatmu sendiri dengan bacaan-bacaan yang engkau pilih. 
2.     Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu ?
Penjelasan :
Dari sisi filsafat, berbicara tentang pemimpin dan yang dipimpin itu adalah struktur dunia yang berdimensi. Seorang pemimpin itu dimensinya lebih tinggi dari yang dipimpinya, maka pemimpin itu adalah dewanya yang dipimpin. Logika para dewa maksudnya logika para pemimpinnya. Berbicara tentang dewa, dewa itu pun berstruktur, ada dewa raja, dewa prajurit, ada dewa perdana menteri, dewa menteri, dan seterusnya. Jadi, seorang pemimpin itu bahasa analognya adalah hubungan antara subjek dan predikat yang mempunyai dimensi lebih tinggi. Agar seseorang memiki dimensi yang lebih tinggi maka pikiran dan pengalamannya harus lebih luas, lebih dalam, dan lebih tinggi. Dari sisi formalnya, untuk menjadi seorang pemimpin maka kita melanjutkan pendidikan kita ke jenjang yang lebih tinggi, salah satunya melanjutkan pendidikan ke S2 atau Magister. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itu merupakan salah satu cara meningkatkan dimensi kita. Maka sebenar-benar hidup adalah menuju dimensi yang lebih tinggi. Jadi, pemimpin itu adalah hubungan subjek dan predikat. Artinya sebagai pemimpin yang terpenting adalah bagaimana mengelolah sifat-sifatnya. Namun sebenar-benar manusia adalah tidak lengkap dan tidak sempurna menjatuhkan sifat. Pandangan manusia itu tidaklah sempurna karena jika sempurna maka manusia itu tidak bisa hidup. Maka senar-benar manusia itu bersifat determinis. Artinya menentukan dan yang ditentukan itu dipilih sesuai dengan kemampuannya dan konteksnya. Determinis itu adalah menjatuhkan atau jatuhnya sifat. Sebagai manusia tiadalah kita itu yang benar, kita itu hanya berusaha menuju pada idealnya dari yang kita cita-citakan. Maka sebagai seorang pemimpin yang mengemban amanah berhati-hatilah agar jangan semenah-mena menentukan nasib dari yang dipimpinnya, karena setiap yang dipimpin itu siapapun dia adalah dunia lengkap dan ada strukturnya. Maka jika kita mengeliminasi salah satu sifatnya dengan cara mengabaikan atau memilihnya maka sama artinya kita sudah mengabaikan dunianya. Seorang pemimpin itu memiliki kemampuan manajerial yang tercakup dalam ilmu-ilmu kepemimpinan. 
3.  Dalam olah pikir, menembus ruang dan waktu itu berbeda dengan menembus dunia. Bagaimana caranya menembus dunia dengan rasa ikhlas ?
Penjelasan :
Caranya adalah sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Menembus ruang dan waktu itu adalah kodrat-Nya, begitupun ikhlas itu juga adalah kodrat-Nya. Keikhlasan itu jika diturunkan ke dalam filsafat, itulah yang disebut dengan menembus ruang dan waktu. Artinya tidalah menembus ruang dan waktu jika tidak ada keikhlasan. Sebenar-benar hidup adalah ikhlas itu sendiri, maka sebenar-benar hidup itu adalah menjalani sesuai dengan kodrat-Nya. Jika ada pemaksaan kehendak maka itulah yang disebut dengan tidak ikhlas atau salah ruang dan waktu. Dalam hal belajar, belajar yang paling baik dalam pandangan filsafat adalah yang sesuai dengan kodrat-Nya atau sesuai dengan sifat manusia yaitu bersilahturahim, berkomunikasi, mandiri, merdeka, otonom, dan seterusnya. Jadi, ikhlas itu adalah menembus ruang dan waktu yang benar atau sesuai dengan kodrat Tuhan. 
4.     Apa bedanya para dewa dengan powernow ?
Penjelasan :
Ayam itu dewanya cacing, cacing itu dewanya tanah, engkau itu dewanya adikmu, engkau itu dewanya kendaraanmu, dan dosen itu dewanya mahasiswanya. Maka sebenar-benar yang dimaksud dengan dewa adalah subjeknya. Sedangkan objeknya adalah daksa. Dewa itu di langit sedangkan daksa di bumi. Mahasiswa dan dosen adalah daksa, sedangkan dewanya adalah menteri. Di dunia ini, Amerika, Cina, dan Rusia itu merupakan negara para Dewa, dimana mereka adalah negara terkuat dan berkuasa karena memiliki nuklir yang merupakan senjata paling kuat dan berbahaya di dunia. Jika diturunkan menjadi kajian politik, sosio-politik, dan sosio-geografi politik maka jadilah istilah powernow. Istilah powernow sendiri dibuat oleh negara para dewa itu sendiri. Secara filsafat, kita sekarang berada di zaman pos pos modern atau disingkat posmo yang dalam istilah sosiologinya disebut zaman kontemporer. Dalam zaman kontemporer ini yang menjadi dewanya adalah sang powernow. Sang powernow itulah yang sekarang paling berkuasa yaitu mereka yang memiliki paling banyak nuklir dan dewanya adalah pemimpin tertingginya. 
5.     Apa bedanya power now dengan multifacet ?
Penjelasan :
Powernow itu digambarkan sebagai orang yang super, sehingga tidaklah cukup jika wajahnya cuma satu. Dalam perwayangan, superpower itu adalah prabu Rahwana, yang mana ia mempunyai banyak muka dan disebut dasamuka. Dasamuka itu menunjukkan hidup yang standar ganda. JIka mukanya satu menunjukkan standar satu, jika mukanya sepuluh menunjukkan standar sepuluh, dan seterusnya. Jangankan muka sepuluh, bermuka satu saja memiliki banyak standar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika orang-orang dari negara superpower selalu menerapkan standar ganda. Istilah standar ganda sendiri sebetulnya masih sangat kurang, sehingga munculah istilah standar jamak yang dalam perwayangan ditunjukkan oleh prabu Rahwana atau dasamuka. Biasanya orang seperti itu adalah orang yang jahat. Namun dari sisi positifnya karena tuntutan zaman, maka kita juga harus menyediakan diri untuk mutifacet. Multicafet dalam arti multideimensi, multikebutuhan, dan dunia yang berstruktur sehingga dari sisi manapun kita bisa ditinjau. Dari sisi filsafat, multifacet itu adalah alat untuk menembus ruang dan waktu supaya kita sopan dan santun. Misalnya, meskipun kita sendang bersedih namun ketika kita bertemu teman atau orang lain atau hal yang menyenangkan maka wajah kita menjadi ceria. Hal tersebut adalah contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita memiliki lebih dari satu wajah atau multifacet. 
6.     Bagaimana filsafat memaknai perbedaan agama ?
Penjelasan :
Perbedaan agama itu berdimensi, berlevel dari material, formal, normatif, dan spiritualitas. Maka mensiasatinya adalah sesuai dengan ruang dan waktunya serta sesuai dengan dimensinya. Sesuai dengan dimensi maskdunya ketika engkau beribadah di tempat ibadahmu, maka engkau tidak bisa mengajak orang yang berbeda keyakinan beribadah di tempat ibadahmu dan sebaliknya. Jika diturunkan dalam bentuk ilmu-ilmu bidang termasuk ilmu-ilmu politik, tata kenegaraan, dan sebagainya, Indonesia mempunyai dasar falsafah yaitu pancasila. Falsafahnya pancasila yaitu monodualisme, artinya urusan tentang Tuhan adalah urusan masing-masing tergantung agama yang dianutnya dan urusan tentang sesama manusia adalah urusan bersama. Meskipun pancasila itu dihujat, dilupakan, diperangati, tidak diperingati dan sebagainya, tetaplah relevan karena pancasila mencerminkan bangsa kita sejak dahulu sebagai bangsa yang toleran, yang menghargai perbedaan. Karena sebenar-benar manusia, ketika turun ke bumi tiadalah yang sama. Jika kita mau mencari persamaan maka didasarkan pada skupnya yaitu skup keluarga, skup agama, skup kuliah, skup fungsi, skup tugas, dan seterusnya serta skup daripada sifat yang ada dan yang mungkin ada.   

Minggu, 08 November 2015

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pertemuan Keenam)

Perkuliahan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2015, di Kelas PM A ruang 305B Gedung Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Kegiatan perkuliahan diawali dengan berdoa, kemudian dilakukan tes jawab singkat. Setelah itu, dilakukan kegiatan tanya jawab. Berikut pertanyaan dari teman-teman mahasiswa dan rangkuman saya atas penjelasan pak Marsigit tentang pertanyaan tersebut.
1.   Bagaimana menjelaskan dimensi batu yang secara filsafat terdiri dari dimensi material, formal, normatif, dan spiritual ?
Penjelasan :
Dimensi tersebut merupakan struktur dan struktur tersebut hanya sebagian kecil dari bermilyar-milyar pangkat semilyar struktur dari yang ada dan yang mungkin ada. Struktur itu tidak hanya banyak dan beragam jenisnya tetapi juga berstruktur. Dunia ini terdiri dari berbagai struktur dan struktur sederhananya yaitu siang dan malam. Filsafat itu bersifat intensif dan ekstensif yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya, maka “atas dan bawah”, “kiri dan kanan”, “jauh dan dekat” juga merupakan struktur. Namun jika kita ingin mengidentifikasi struktur-struktur tersebut maka tidak akan pernah selesai. Karena itu kita perlu mengambil struktur yang istimewa, strategis dan potensial. Seperti halnya senjata, segala sesuatu itu bisa untuk senjata termasuk batu, gorden, lampu, dan oksigen. Namun dari sisi efektif dan efisien, yang dijadikan senjata yaitu mulai dari pisau sampai senjata api dan senjata laser. Begitupun dalam memperlajari filsafat, ada struktur yang bermanfaat, yang efisien dan efektif, yang bisa kita pakai yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Begitupun hidup, sifat daripada hidup juga bermilyar-milyar. Misalnya hidup baik dan sukses, kriteria baik dan sukses itu bermilyar-milyar banyaknya sehingga kita perlu untuk mereduksinya menjadi baik dan sukses pada umumnya dewasa ini. Secara filsafat kriteria baik dan sukses yaitu sopan dan santun menurut ruang dan waktu. Sopan dan santun terhadap ruang dan waktu ternyata bukan sesuatu yang tetap atau diam tetapi sesuatu yang seimbang antara diam dan tetap, atau bahasa orang awan disebut menembus ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu, jangankan manusia, hewan, dan tumbuhan, batu pun yang hanya diam dapat juga menembus ruang dan waktu. Karena baik sadar maupun tidak, diam-diam batu pun mengikuti kalender dan yang menyadarinya adalah subyeknya. Namun yang jadi masalah yaitu bagaimana memiliki keterampilan untuk menembus ruang dan waktu. Agar dapat menembus ruang dan waktu, kita memerlukan perbendaharaan kata. Secara filsafat, sebenar-benar dunia adalah bahasa maka dunia itu adalah kata-katamu dan sebenar-benar kata-katamu adalah duniamu. Jika dari dunia dinaikkan ke atas menjadi spiritual, maka kata-katamu itu adalah doamu. Jadi, perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana dan setiap orang berbeda-beda kemampuannya dalam menembus ruang dan waktu.
2.  Bagaimana pandangan filsafat terhadap orang yang tidak percaya atau tidak dapat memberikan kepercayaan kepada orang lain ?
      Penjelasan :
    Percaya itu ada di dalam dan ada di luar hubungan. Ada di dalam hubungan artinya kita sebagai subjek dan ada di luar hubungan artinya kita sebagai objek. Jikalau subjeknya diri kita maka selain diri kita adalah objeknya atau sifat-sifatnya. Percaya di hati naik ke pikiran dan benar di pikiran turun ke hati, maka dalam berilsafat adalah mencari kepastian dan kebenaran. Namun setelah kita mencari kepastian maka kita terjebak dalam ruang dan waktu yang salah atau mitos. Kepastian itulah mitos kecuali keyakinan kita di dalam spiritual, karena hal itu adalah keyakinan sedangkan mitos adalah sebatas pemikiran kita. Karena itu, berfilsafat adalah membongkar kepastian-kepastian itu. Tidak percaya itu punya alirannya. Jika kita membangun ketidakpercayaan maka jadilah dunia ketidakpercayaan yang dalam filsafat disebut skpetisisme dengan tokoh filsafatnya yaitu Rene Decartes. Ia meragukan segala sesuatu bahkan meragukan Tuhan, ia menganggap segala sesuatu sebagai mimpi sehingga ia mencari kepastian. Namun pada akhirnya ia menemukan bahwa satu-satunya kepastian yang tidak bisa dibantah yaitu bahwa ia sedang bertanya atau sedang memikirkannya. Ia menyadari bahwa sesungguhnya ia tidak sedang bermimpi karena ia yang sedang memikirkannya dan itu menandakan bahwa ia ada atau nyata. Dengan demikan ia menyimpulkan bahwa “aku ada karena aku berpikir”. Hal ini jika diekstensikan menjadi aku ada karena aku berkarya dan aku ada karena aku menghasilkan. Itulah mengapa ada konsep tentang “ada, mengada, dan pengada”. Filsafat itu bukanlah berada di Yunani maupun di Rene Descartes melainkan ada pada diri kita sendiri. Ketika kita tidak percaya, itu hanyalah diri kita yang kemarin atau di masa lalu dan sekarang bisa berbeda atau berubah menjadi diri kita yang percaya baik terhadap seseorang maupun terhadap suatu hal.  

Sabtu, 07 November 2015

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pertemuan Keempat dan Kelima)

Perkuliahan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 September 2015 (pertemuan keempat) dan pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2015 (pertemuan kelima), di Kelas PM A ruang 305B Gedung Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Kegiatan perkuliahan diawali dengan berdoa, setelah itu dilakukan tes jawab singkat. Selanjutnya dilakukan kegiatan tanya jawab. Berikut pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman mahasiswa.
1.      Bagaimana pandangan filsafat tentang orang yang mencari zat Tuhan dengan menggunakan  teknologi ?
2.       Apakah jodoh bersifat relatif ?
3.       Setiap manusia memiliki tujuan hidup, bagaimana jika tujuan tersebut tidak tercapai ?
4.       Kenapa matematika disebut koherentisme ?
5.       Bagaimana para filsuf menjawab ketidakpastian dalam hidupnya ?

Berikut yang dapat saya simpulkan dari penjelasan pak Marsigit atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

1.     Filsafat itu diekstensikan dari satu agama ke agama yang lain. Dalam agama Hindu, semua zat itu adalah sakral. Artinya semua zat berada di dalam pengaruh kuasa Tuhan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat para filsuf pada zaman Yunani kuno yang mengatakan bahwa dunia ini tercipta karena kuasa Tuhan. Tubuh kita ini, kepala kita, rambut kita dan sebagainya juga adalah zat Tuhan atau dikarenakan kuasa Tuhan. Dengan demikian jika dipandang dari sisi filsafat, bukanlah suatu hal yang mengherankan jikalau ada orang yang menemukan zat Tuhan. Orang yang mencari atau menemukan zat Tuhan, sudah memiliki konsep atau pemikiran tentang Tuhan. Dalam filsafat, konsep merupakan sifat-sifat yang terkandung di dalam wadah dan isi. Wadah adalah setiap yang dapat dipikirkan dan isi adalah setiap yang dapat disebutkan. Konsep Tuhan dalam filsafat disebut sebagai kausa prima yaitu sebab pertama dan sebab utama sehingga orang yang mencari zat Tuhan sesungguhnya mencari zat utama dan zat pertama. Menemukan zat Tuhan adalah potensi. Jadi, sebenar-benar dunia adalah interaksi sintesis antara “takdir dan ikhtiar” atau “pasrah dan berusaha” dan sebenar-benar hidup adalah interaksi sintesis antara “doa dan usahamu”.

2.   Filsafat itu adalah olah pikir yang berdimensi dari yang paling rendah yaitu material, di atasnya material ada formal, di atas formal ada normatif, dan di atas normatif ada spiritual yang merupakan dimensi yang paling tinggi. Berbicara jodoh, tergantung bagaimana kita mendefinisikannya, apakah sebagai perkawinan atau pernikahan atau percintaan. Misalkan kita definisikan jodoh itu sebagai pernikahan. Secara filsafat pernikahan itu adalah struktur lengkap yang berdimensi dari material sampai pada spiritual. Artinya ada bagian yang tidak mampu kita pikirkan. Karena sehebat-hebat pikiran kita, tidaklah mampu menjelaskan secara total spiritualitas. Spiritual itu dari langit turun ke bumi, sedangkan filsafat itu hanya dari bumi menggapai langit dan tidak akan pernah sampai. Berbicara jodoh, tidaklah cukup jika hanya dilihat dari sisi dunia atau dipikirkan saja karena akan menimbulkan banyak variasi dan pasti akan banyak salahnya. Misalkan jodoh itu diterjemahkan sebagai cinta, artinya yang penting saling mencintai maka bisa hidup bersama meskipun tidak melalui proses pernikahan. Hal ini jelas adalah suatu kesalahan dan bisa terjadi karena jodoh hanya dipandang dari sisi dunia saja atau dari sisi pikiran saja. Karena itu, diperlukan tuntunan spritualitas yaitu dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

3.    Tujuan itu merupakan idealis. Artinya hanya ada dalam pikiran. Tercapai atau tidak tercapai suatu tujuan dilihat dari sisi kenyataannya. Dalam perspektif filsafat, tujuan dapat dipahami melalui berbagai cara, salah satunya dengan pendekatan tesis dan anti tesis. Usaha, berpikir, dan hidup tidak lain dan tidak bukan adalah dua hal atau lebih yang disintesiskan. Misalnya sintesis antara berhasil dengan tidak berhasil, sintesis antara kenyataan dengan tujuan, sintesis antara takdir dengan fakta, dan sintesis antara sehat dengan sakit. Jika dinaikkan ke dimensi spiritual, maka semuanya bersifat relatif atau tidak ada yang absolut. Kriteria keberhasilan dalam spiritual itu mempunyai perpektif yang lain dan manusia tidak mengerti dan memahaminya. Jika kita gagal namun tetap tawakal dan tetap berusaha maka mungkin kita akan menemukan keberhasilan dari segmen dan karakter yang berbeda. Jadi, belum terpenuhi atau belum tercapai itu sangat relatif. Karena sangat relatif maka kita harus berhati-hati dalam mengambil kesimpulan, artinya secara spiritual maka kesimpulan kita kepada Tuhan haruslah kesimpulan yang positif. Artinya jangan tergesa-gesa mengklaim bahwa kita gagal maupun berhasil. Karena jika kita mengeklaim bahwa kita gagal atau sudah berhasil, sama artinya kita mendahului kehendak Tuhan. Dalam filsafat, hal ini disebut tidak sesuai ruang dan waktu karena merasa mengerti padahal belum mengerti. Karena itu, perjuangan dari berfilsafat adalah merefleksikan diri bagaimana mengerti bahwa kita belum mengerti sehingga kita dapat berpikir, bertindak, dan bersikap sesuai dengan ruang dan waktu.

4.   Hal ini berkaitan dengan matematika murni. Matematika murni itu terdiri dari definisi, aksioma, dan teorema. Misalkan teorema, suatu teorema itu harus sesuai dan identik dengan teorema-teorema sebelumnya. Kesesuaian antara teorema satu dengan teorema yang lain inilah yang disebut dengan konsisten yang dalam filsafat dikenal dengan istilah koherentisme. Koherentisme hanya berada atau terjadi di dalam pikiran kita. Karena itu matematika murni disebut koherentisme.

5.     Hal ini berkaitan dengan persolan yang dihadapi dalam berfilsafat. Dalam berfilsafat hanya ada dua persoalan yaitu “jika yang engkau pikirkan berada di dalam pikiranmu maka bagaimana engkau menjelaskannya?” dan “jika yang engkau pikirkan berada di luar pikranmu maka bagaimana engkau mengertinya?”. Namun, sehebat apapun kita sebagai manusia, tidak akan mampu menjelaskan pikiran kita, begitupun juga para filsuf tidak akan mampu menjawab secara tuntas tentang ketidakpastian dalam hidupnya.

Senin, 02 November 2015

Jenis Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


No.
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Jenis Instrumen
Uji Validitas Instrumen
Uji Reliabilitas Instrumen
1.
Motivasi Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Motivasi Kerja Guru
Angket
Menggunakan validitas isi, yang menggunakan analisis ahli.

Untuk mengetahui analisis ahli tersebut, dalam penelitian ini digunakan indeks validitas yang diusulkan Aiken (1980; 1985) dengan rumus sebagai berikut :




       dengan 
       s = r –I0

Keterangan :
V : indeks validitas butir
s  :  selisih antara skor yang ditetapkan rater ( r ) dan skor terendah dalam kategori penyekoran (I0)
n :  banyaknya rater
c  :  banyaknya kategori yang dapat dipilih rater

Menggunakan rumus Alpha yaitu :


 Keterangan :
r     :  reliabilitas             instrumen
k     : banyaknya buitr     pertanyaan atau     banyaknya soal
σ2b :  varians butir
σ2t  :  varians total

Dengan kriteria reliabilitas instrument (Thornedike dan Hagen, 1984) yaitu r > 0,5 maka butir instrument reliabel atau dianggap cukup andal.

2.
Sikap Siswa Terhadap Matematika

Sikap Siswa Terhadap Matemattika
Angket
Menggunakan validitas isi, yang menggunakan analisis ahli.

Untuk mengetahui analisis ahli tersebut, dalam penelitian ini digunakan indeks validitas yang diusulkan Aiken (1980; 1985) dengan rumus sebagai berikut :



       dengan 
       s = r –I0

Keterangan :
V : indeks validitas butir
s  :  selisih antara skor yang ditetapkan rater ( r ) dan skor terendah dalam kategori penyekoran (I0)
n :  banyaknya rater
c  :  banyaknya kategori yang dapat dipilih rater

Menggunakan rumus Alpha yaitu :



Keterangan :
r     :  reliabilitas        instrumen
k     :  banyaknya buitr   pertanyaan atau     banyaknya soal
σ2b :  varians butir
σ2t  :  varians total

Dengan kriteria reliabilitas instrument (Thornedike dan Hagen, 1984) yaitu r > 0,5 maka butir instrument reliabel atau dianggap cukup andal.

3.
Peranan Orang Tua Dalam Mendukung Belajar Siswa

Peranan Orang Tua
Angket
Menggunakan validitas isi, yang menggunakan analisis ahli.

Untuk mengetahui analisis ahli tersebut, dalam penelitian ini digunakan indeks validitas yang diusulkan Aiken (1980; 1985) dengan rumus sebagai berikut :



       dengan \
       s = r –I0

Keterangan :
V : indeks validitas butir
s  :  selisih antara skor yang ditetapkan rater ( r ) dan skor terendah dalam kategori penyekoran (I0)
n :  banyaknya rater
c  :  banyaknya kategori yang dapat dipilih rater

Menggunakan rumus Alpha yaitu :



Keterangan :
r     :  reliabilitas             instrumen
k     :  banyaknya buitr   pertanyaan atau     banyaknya soal
σ2b :  varians butir
σ2t  :  varians total

Dengan kriteria reliabilitas instrument (Thornedike dan Hagen, 1984) yaitu r > 0,5 maka butir instrument reliabel atau dianggap cukup andal.