A. Validitas
Truckman dan Gay (Wagiran, 2013)
menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas mengacu pada kecukupan dan
kelayakan intepretasi yang dibuat dari penilaian yang berkenaan dengan
penggunaan khusus (Lin & Gronlund dalam Heri, 2014). Sementara itu, Messick
(Heri, 2014) menyatakan bahwa validitas berkaitan dengan sejauh mana fakta
empiris dan alasan teoretis mampu mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi
dan tindakan berdasarkan skor tes. Selanjutnya Heri (2014) menyatakan bahwa
validitas menunjukkan dukungan fakta empiris dan alasan teoritis terhadap
intepretasi skor tes, dan berkaitan dengan kecermatan pengukuran.
Nunnally, Allen dan Yen, Fernandes,
Woolfolk dan McCane, Kerlinger, dan Lawrence (Heri, 2104) menyatakan bahwa
validitas terdiri dari tiga jenis sebagai berikut.
1.
Valliditas Kriteria
Heri (2014) menyatakan bahwa validitas
kriteria terdiri dari validitas prediktif dan validitas konkuren. Fernandes
(Heri, 2014) menyatakan bahwa validitas kriteria bertujuan untuk menjawab
pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta pada masa mendatang
(validitas prediktif) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dalam
tenggang waktu yang hampir bersamaan (validitas konkuren). Hal ini didukung
oleh Lawrence (Heri, 2014) yang menyatakan bahwa tes yang memenuhi validitas
prediktif adalah tes yang mempu memprediksi kemampuan yang akan datang.
Validitas kriteria ditentukan dengan mengestimasi
korelasi skor tes peserta dengan skor kriteria. Manfaat dari validitas kriteria
yaitu dapat memprediksikan suatu skor kemampuan ke skor kriteria demi
memprediksikan kemampuan peserta tes. Prediksi yang dimaksud dilakukan dengan
menggunkan persamaan regresi (Heri, 2014). Ada dua model persamaan regresi yang digunakan
yaitu :
a.
Model Regresi Sederhana : Ŷ = b0 + b1X
Keterangan :
Ŷ : Hasil Prediksi
b0 : Konstanta
b1 : Koefisien Prediktor
X : Prediktor
b.
Model Regresi Ganda dengan Dua Prediktor : Ŷ = b0 + b1X1
+ b2X2
Keterangan :
Ŷ : Hasil prediksi
b0 : Konstanta
b1 : Koefisien Prediktor
pertama
b2 : Koefisien Prediktor kedua
X1 : Prediktor pertama
X2 : Prediktor kedua
2.
Validitas isi
Validitas
isi menujukkan sejauh mana butir-butir dalam instrumen dapat mewakili
komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan
sejauh mana butir-butir instrument tersebut dapat mencerminkan perilaku yang
hendak diukur (Nunnally dalam Heri, 2014). Lawrence (Heri, 2014) menyatakan
bahwa validitas isi menunjukkan keterwakilan pertanyaan terhadap kemampuan
khusus yang harus diukur.
Validitas
isi ditentukan dengan menggunakan kesepakatan ahli (Heri, 2014). Suatu
instrumen dikatakan memenuhi validitas isi jika ahli meyakini bahwa instrument
tersebut dapat mengukur penguasaan yang
didefinisikan dalam domain atau kontruk psikologi yang diukur. Untuk mengetahui
kesepakatan ini, dapat digunakan indeks validitas (Aiken dalam Heri, 2014) sebagai
berikut.
Keterangan
:
V : Indeks
validasi butir
S : Skor
rater dikurangi skor terendah dalam kategori penyekoran
r : Skor
rater
I0 : Skor
terendah dalam kategori penyekoran
n : Banyak
rater
c : Banyak
kategori yang dapat dipilih rater
3. Validitas
Konstruk
Validitas
konstruk menunjukkan sejauh mana instrument dapat mengungkap suatu kemampuan
atau konstruk teoritis tertentu yang hendak diukur (Nunnally & Fernandes
dalam Heri, 2014). Pembuktian validitas konstruk merupakan pembuktian
kebermaknaan skor hasil pengukuran (Popham dalam Heri, 2014). Pembuktian
validitas konstruk instrumen menggunakan analisis faktor eksploratori (EFA) dan
analysis faktor konfirmatori (CFA). EFA digunakan ketika model pengukuran dari
konstruk instrumen masih dicari ataupun dilakukan eksplorasi. Sedangkan CFA
digunakan ketika model pengukuran telah ada teorinya sehingga kontruk
instrument tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi.
B. Reliabilitas
Reliabilitas
menunjukan sejauh mana suatu instrumen secara ajeg atau konsisten mengukur apa
yang seharusnya diukur (Tucman dan Gay dalam Wagiran, 2013). Reliabilitas
ditunjukan dengan angka atau koefisien, semakin tinggi koefsien menunjukkan
semakin tinggi reliabilitas. Suatu instrumen dikatan memiliki koefisien
reliabilitas yang tinggi jika ketika digunakan untuk mengukur hal yang sama
pada waktu berbeda hasil yang diperoleh sama atau hampir sama (Heri, 2014).
Perhitungan
reliabilitas instrumen terdiri dari dua yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal.
1.
Reliabilitas eksternal
Reliabilitas eksternal
diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda baik dari
instrumen yang sama maupun yang berbeda. Berikut cara mengestimasi reliabilitas
eksternal suatu instrument.
a.
Metode Tes Ulang
Untuk mengetahui
apakah suatu instrumen dapat diandalkan atau tidak, perlu dilakukan dua kali
pengukuran yaitu pengukuran pertama dan pengukuran ulangnya. Pengukuran ini
dapat dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda. Selanjutnya kedua hasil
pengukuran dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas dari tes ini.
Teknik ini akan memenuhi sasaran bila keadaan subjek yang diukur tidak berbeda baik
pada hasil pengukuran pertama dan kedua.
Estimasi reliabilitas
dengan metode tes ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas, yang diperoleh
dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada
tes pertama dengan skor subjek pada tes kedua dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Keterangan
:
ri : Koefisien
reliabilitas/stabilitas
N : Banyak
responden
X : Skor
tes pertama
Y : Skor
tes kedua
b.
Metode Bentuk Paralel
Metode bentuk
parallel dilakukan dengan cara menyusun dua instrument yang setara, kemudian
diujicobakan pada sekelompok responden yang sama (responden mengerjakan tes dua
kali) kemudian hasil tes dari kedua instrumen tersebut dikorelasikan dengan
teknik product moment. Untuk
menentukan reliabilitas, koefisien korelasi hasil perhitungan dibandingkan
dengan koefisien korelasi tabel. Jika koefisien korelasi hitung lebih besar
atau sama dengan koefisien korelasi tabel maka koefisien korelasi hitung
signifikan, yang berarti bahwa instrumen reliabel.
2.
Reliabilitas Internal
Reliabilitas
internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Penggunaan terknik yang
berbeda dapat menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Untuk
beberapa teknik diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga peneliti
tidak begitu saja memilih teknik-teknik tersebut. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas internal sebagai berikut.
a.
Metode Belah Dua
Dalam teknik ini,
item-item tes dibagi menjadi dua bagian. Kemudian skor pada bagian pertama
dikorelasikan dengan skor pada bagian kedua. Ada dua syarat penggunaan metode
ini yaitu :
1.
Banyaknya item atau butir dalam instrument harus
genap.
2.
Belahan bagian pertama dan bagian kedua harus
seimbang, maksudnya jumlah butir pertanyaan dan aspek yang diukur pada kedua
bagian harus sama.
Ada dua cara membelah butir soal yaitu :
1.
Belahan ganjil-genap, yaitu bagian pertama
adalah item-item bernomor ganjil dan bagian kedua adalah item-item bernomor
genap.
2.
Belahan awal-akhir, yaitu bagian pertama adalah
item-item bernomor awal sampai tengah dan bagian kedua adalah item-item
bernomor tengah sampai akhir.
Ada beberapa pengujian reliabilitas dengan
metode belah dua, yaitu :
1.
Reliabilitas dengan rumus Spearman-Brown (Nitko
dalam Heri, 2014)
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan
:
ri : Koefisien
reliabilitas instrumen
rb : Indeks
korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua
X : Skor
belahan pertama
Y : Skor
belahan kedua
2.
Reliabilitas dengan rumus Flanagan
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan
:
ri : Koefisien
reliabilitas instrumen
V1 : Varians
belahan pertama (varians skor butir-butir ganjil)
V2 : Varians
belahan kedua (varians skor butir-butir genap)
Vt : Varians
skor total
3.
Reliabilitas
dengan rumus Rulon
Rumus ini digunakan untuk mengestimasi reliabilitas belah dua tanpa
perlu berasumsi bahwa kedua belahan mempunyai varians yang sama (Rulon dalam
Heri, 2014).
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
ri : Koefisien reliabilitas
instrumen
Vt : Varians skor total
Vd : Varians difference
d : Skor
pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir (Skor difference)
b.
Metode
Kuder Richardson
Metode ini terdiri atas dua yaitu rumus Kuder Richardson
20 (KR-20) dan rumus Kuder Richardson 21 (KR-21) yang digunakan ketika skor
butir tes yaitu 0 dan 1.
1.
KR-20
Rumus ini digunakan apabila jumlah butir instrument
ganjil, dimana tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk mengestimasi
reliabilitas. Rumus KR-20 sebagai berikut.
ri : Koefisien reliabilitas
instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
St2 : Varians
total
pi : Proposi
subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proposi subjek yang mendapat skor
1)
pi : (Banyaknya
subyek yang skornya 1)/N
qi : 1 - pi
2.
KR-21
Rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
ri : Koefisien reliabilitas
instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σt2 : Varians total
p : skor rata-rata
c.
Cronbanch
Alpha
Rumus ini digunakan untuk mengestimasi reliabilitas
instrument yang skornya bukan 1 dan 0, seperti angket atau soal bentuk uraian.
Rumusnya sebagai berikut.
Keterangan :
ri : Koefisien reliabilitas
instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Ʃσb2 : Jumlah varians butir
σt2 : Varians total
SUMBER :
Heri
Retnawati. (2014). Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran. Jurnal UNY.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Heri
Retnawati. (2014). Reliabilitas. Jurnal UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wagiran,
(2014), Metodologi Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi), Yogyakarta:
Deepublish.
1xBet korean - legalbet
BalasHapus1xbet korean. 메리트카지노 1xbet 1xbet korean. 1xbet 제왕카지노 korean. 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean.