Pages

Senin, 09 November 2015

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pertemuan Ketujuh)

Perkuliahan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Oktober 2015, di Kelas PM A ruang 305B Gedung Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Kegiatan perkuliahan diawali dengan berdoa, kemudian dilakukan tes jawab singkat. Setelah itu, dilakukan kegiatan tanya jawab. Berikut pertanyaan dari teman-teman mahasiswa dan rangkuman saya atas penjelasan pak Marsigit tentang pertanyaan tersebut.
1.    Berkaitan dengan hasil tes jawab singkat filsafat yang sangat memprihatinkan, yang mana berpikir saja salah apalagi tidak berpikir. Apakah letak kesalahannya dipikiran kita atau bagaimana ?
Penjelasan :
Jikalau nilai anda jelek itu benar dan jikalau anda salah itu benar. Karena anda itu pemula dan belum baca banyak sehingga wajar kalau anda salah atau anda salah itu benar. Itulah validisme. Supaya anda bisa meningkatkan hasil tes anda maka tingkatkanlah bacaan anda. Dengan meningkatkan bacaan harapannya bisa memiliki logika berpikir yang lebih baik. Pikiranmu itu isomorfis dengan dunia. Artinya apa yang ada di dunia ini ada di dalam pikiranmu dan itulah yang disebut dengan pemetaan satu-satu. Engkau hanya bisa mengatakan apa yang engkau pikirkan kecuali engkau dalam keadaan mabuk, pikun, atau gila karena engkau tidak menyadari apa yang engkau katakan. Tes tersebut diwajibkan supaya engkau itu rendah hati dalam bidang keilmuan karena setinggi-tinggi langit masih ada langit dan setinggi-tinggi engkau berpikir masih ada yang lebih tinggi. Rendah hati yang dimaksud yaitu tidak sombong di dalam menuntut ilmu. Kesombongan itu secara normatif adalah mitos di dalam pikiran kita masing-masing. Mitos itu artinya jelas. Jika anda sudah merasa jelas maka ancamannya adalah mitos. Karena itu belajar berfilsafat adalah selalu memikirkan, namun memikirkan yang ada batasnya yaitu spiritualitas. Spiritualitas itu adalah batas dimana pikiran itu harus berhenti, dimana ada saatnya pikiran itu tidak bisa mengendalikan diri. Jadi tes ini tidak semata-mata mengukur kemampuan anda. Jika hasil tesnya rendah, maka harapannya anda semakin giat membaca dan membuat komen. Filsafat itu adalah dirimu sendiri maka dalam hal ini tidak ada istilah menuangkan filsafat, memberikan filsafat, dan transfer filsafat. Bangunlah filsafatmu sendiri dengan bacaan-bacaan yang engkau pilih. 
2.     Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu ?
Penjelasan :
Dari sisi filsafat, berbicara tentang pemimpin dan yang dipimpin itu adalah struktur dunia yang berdimensi. Seorang pemimpin itu dimensinya lebih tinggi dari yang dipimpinya, maka pemimpin itu adalah dewanya yang dipimpin. Logika para dewa maksudnya logika para pemimpinnya. Berbicara tentang dewa, dewa itu pun berstruktur, ada dewa raja, dewa prajurit, ada dewa perdana menteri, dewa menteri, dan seterusnya. Jadi, seorang pemimpin itu bahasa analognya adalah hubungan antara subjek dan predikat yang mempunyai dimensi lebih tinggi. Agar seseorang memiki dimensi yang lebih tinggi maka pikiran dan pengalamannya harus lebih luas, lebih dalam, dan lebih tinggi. Dari sisi formalnya, untuk menjadi seorang pemimpin maka kita melanjutkan pendidikan kita ke jenjang yang lebih tinggi, salah satunya melanjutkan pendidikan ke S2 atau Magister. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itu merupakan salah satu cara meningkatkan dimensi kita. Maka sebenar-benar hidup adalah menuju dimensi yang lebih tinggi. Jadi, pemimpin itu adalah hubungan subjek dan predikat. Artinya sebagai pemimpin yang terpenting adalah bagaimana mengelolah sifat-sifatnya. Namun sebenar-benar manusia adalah tidak lengkap dan tidak sempurna menjatuhkan sifat. Pandangan manusia itu tidaklah sempurna karena jika sempurna maka manusia itu tidak bisa hidup. Maka senar-benar manusia itu bersifat determinis. Artinya menentukan dan yang ditentukan itu dipilih sesuai dengan kemampuannya dan konteksnya. Determinis itu adalah menjatuhkan atau jatuhnya sifat. Sebagai manusia tiadalah kita itu yang benar, kita itu hanya berusaha menuju pada idealnya dari yang kita cita-citakan. Maka sebagai seorang pemimpin yang mengemban amanah berhati-hatilah agar jangan semenah-mena menentukan nasib dari yang dipimpinnya, karena setiap yang dipimpin itu siapapun dia adalah dunia lengkap dan ada strukturnya. Maka jika kita mengeliminasi salah satu sifatnya dengan cara mengabaikan atau memilihnya maka sama artinya kita sudah mengabaikan dunianya. Seorang pemimpin itu memiliki kemampuan manajerial yang tercakup dalam ilmu-ilmu kepemimpinan. 
3.  Dalam olah pikir, menembus ruang dan waktu itu berbeda dengan menembus dunia. Bagaimana caranya menembus dunia dengan rasa ikhlas ?
Penjelasan :
Caranya adalah sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Menembus ruang dan waktu itu adalah kodrat-Nya, begitupun ikhlas itu juga adalah kodrat-Nya. Keikhlasan itu jika diturunkan ke dalam filsafat, itulah yang disebut dengan menembus ruang dan waktu. Artinya tidalah menembus ruang dan waktu jika tidak ada keikhlasan. Sebenar-benar hidup adalah ikhlas itu sendiri, maka sebenar-benar hidup itu adalah menjalani sesuai dengan kodrat-Nya. Jika ada pemaksaan kehendak maka itulah yang disebut dengan tidak ikhlas atau salah ruang dan waktu. Dalam hal belajar, belajar yang paling baik dalam pandangan filsafat adalah yang sesuai dengan kodrat-Nya atau sesuai dengan sifat manusia yaitu bersilahturahim, berkomunikasi, mandiri, merdeka, otonom, dan seterusnya. Jadi, ikhlas itu adalah menembus ruang dan waktu yang benar atau sesuai dengan kodrat Tuhan. 
4.     Apa bedanya para dewa dengan powernow ?
Penjelasan :
Ayam itu dewanya cacing, cacing itu dewanya tanah, engkau itu dewanya adikmu, engkau itu dewanya kendaraanmu, dan dosen itu dewanya mahasiswanya. Maka sebenar-benar yang dimaksud dengan dewa adalah subjeknya. Sedangkan objeknya adalah daksa. Dewa itu di langit sedangkan daksa di bumi. Mahasiswa dan dosen adalah daksa, sedangkan dewanya adalah menteri. Di dunia ini, Amerika, Cina, dan Rusia itu merupakan negara para Dewa, dimana mereka adalah negara terkuat dan berkuasa karena memiliki nuklir yang merupakan senjata paling kuat dan berbahaya di dunia. Jika diturunkan menjadi kajian politik, sosio-politik, dan sosio-geografi politik maka jadilah istilah powernow. Istilah powernow sendiri dibuat oleh negara para dewa itu sendiri. Secara filsafat, kita sekarang berada di zaman pos pos modern atau disingkat posmo yang dalam istilah sosiologinya disebut zaman kontemporer. Dalam zaman kontemporer ini yang menjadi dewanya adalah sang powernow. Sang powernow itulah yang sekarang paling berkuasa yaitu mereka yang memiliki paling banyak nuklir dan dewanya adalah pemimpin tertingginya. 
5.     Apa bedanya power now dengan multifacet ?
Penjelasan :
Powernow itu digambarkan sebagai orang yang super, sehingga tidaklah cukup jika wajahnya cuma satu. Dalam perwayangan, superpower itu adalah prabu Rahwana, yang mana ia mempunyai banyak muka dan disebut dasamuka. Dasamuka itu menunjukkan hidup yang standar ganda. JIka mukanya satu menunjukkan standar satu, jika mukanya sepuluh menunjukkan standar sepuluh, dan seterusnya. Jangankan muka sepuluh, bermuka satu saja memiliki banyak standar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika orang-orang dari negara superpower selalu menerapkan standar ganda. Istilah standar ganda sendiri sebetulnya masih sangat kurang, sehingga munculah istilah standar jamak yang dalam perwayangan ditunjukkan oleh prabu Rahwana atau dasamuka. Biasanya orang seperti itu adalah orang yang jahat. Namun dari sisi positifnya karena tuntutan zaman, maka kita juga harus menyediakan diri untuk mutifacet. Multicafet dalam arti multideimensi, multikebutuhan, dan dunia yang berstruktur sehingga dari sisi manapun kita bisa ditinjau. Dari sisi filsafat, multifacet itu adalah alat untuk menembus ruang dan waktu supaya kita sopan dan santun. Misalnya, meskipun kita sendang bersedih namun ketika kita bertemu teman atau orang lain atau hal yang menyenangkan maka wajah kita menjadi ceria. Hal tersebut adalah contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita memiliki lebih dari satu wajah atau multifacet. 
6.     Bagaimana filsafat memaknai perbedaan agama ?
Penjelasan :
Perbedaan agama itu berdimensi, berlevel dari material, formal, normatif, dan spiritualitas. Maka mensiasatinya adalah sesuai dengan ruang dan waktunya serta sesuai dengan dimensinya. Sesuai dengan dimensi maskdunya ketika engkau beribadah di tempat ibadahmu, maka engkau tidak bisa mengajak orang yang berbeda keyakinan beribadah di tempat ibadahmu dan sebaliknya. Jika diturunkan dalam bentuk ilmu-ilmu bidang termasuk ilmu-ilmu politik, tata kenegaraan, dan sebagainya, Indonesia mempunyai dasar falsafah yaitu pancasila. Falsafahnya pancasila yaitu monodualisme, artinya urusan tentang Tuhan adalah urusan masing-masing tergantung agama yang dianutnya dan urusan tentang sesama manusia adalah urusan bersama. Meskipun pancasila itu dihujat, dilupakan, diperangati, tidak diperingati dan sebagainya, tetaplah relevan karena pancasila mencerminkan bangsa kita sejak dahulu sebagai bangsa yang toleran, yang menghargai perbedaan. Karena sebenar-benar manusia, ketika turun ke bumi tiadalah yang sama. Jika kita mau mencari persamaan maka didasarkan pada skupnya yaitu skup keluarga, skup agama, skup kuliah, skup fungsi, skup tugas, dan seterusnya serta skup daripada sifat yang ada dan yang mungkin ada.   

0 komentar:

Posting Komentar