Perkuliahan dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 27 Oktober 2015, di Kelas PM A ruang 305B Gedung
Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen pengampu Prof. Dr.
Marsigit, M.A.
Kegiatan
perkuliahan diawali dengan berdoa, kemudian dilakukan tes jawab singkat. Setelah
itu, dilakukan kegiatan tanya jawab. Berikut pertanyaan dari teman-teman
mahasiswa dan rangkuman saya atas penjelasan pak Marsigit tentang pertanyaan
tersebut.
1. Berkaitan dengan hasil tes jawab singkat
filsafat yang sangat memprihatinkan, yang mana berpikir saja salah apalagi
tidak berpikir. Apakah letak kesalahannya dipikiran kita atau bagaimana ?
Penjelasan
:
Jikalau
nilai anda jelek itu benar dan jikalau anda salah itu benar. Karena anda itu
pemula dan belum baca banyak sehingga wajar kalau anda salah atau anda salah
itu benar. Itulah validisme. Supaya anda bisa meningkatkan hasil tes anda maka
tingkatkanlah bacaan anda. Dengan meningkatkan bacaan harapannya bisa memiliki
logika berpikir yang lebih baik. Pikiranmu itu isomorfis dengan dunia. Artinya
apa yang ada di dunia ini ada di dalam pikiranmu dan itulah yang disebut dengan
pemetaan satu-satu. Engkau hanya bisa mengatakan apa yang engkau pikirkan
kecuali engkau dalam keadaan mabuk, pikun, atau gila karena engkau tidak
menyadari apa yang engkau katakan. Tes tersebut diwajibkan supaya engkau itu
rendah hati dalam bidang keilmuan karena setinggi-tinggi langit masih ada
langit dan setinggi-tinggi engkau berpikir masih ada yang lebih tinggi. Rendah
hati yang dimaksud yaitu tidak sombong di dalam menuntut ilmu. Kesombongan itu
secara normatif adalah mitos di dalam pikiran kita masing-masing. Mitos itu
artinya jelas. Jika anda sudah merasa jelas maka ancamannya adalah mitos.
Karena itu belajar berfilsafat adalah selalu memikirkan, namun memikirkan yang
ada batasnya yaitu spiritualitas. Spiritualitas itu adalah batas dimana pikiran
itu harus berhenti, dimana ada saatnya pikiran itu tidak bisa mengendalikan
diri. Jadi tes ini tidak semata-mata mengukur kemampuan anda. Jika hasil tesnya
rendah, maka harapannya anda semakin giat membaca dan membuat komen. Filsafat
itu adalah dirimu sendiri maka dalam hal ini tidak ada istilah menuangkan filsafat,
memberikan filsafat, dan transfer filsafat. Bangunlah filsafatmu sendiri dengan
bacaan-bacaan yang engkau pilih.
2. Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin
yang sesuai dengan ruang dan waktu ?
Penjelasan
:
Dari
sisi filsafat, berbicara tentang pemimpin dan yang dipimpin itu adalah struktur
dunia yang berdimensi. Seorang pemimpin itu dimensinya lebih tinggi dari yang
dipimpinya, maka pemimpin itu adalah dewanya yang dipimpin. Logika para dewa
maksudnya logika para pemimpinnya. Berbicara tentang dewa, dewa itu pun
berstruktur, ada dewa raja, dewa prajurit, ada dewa perdana menteri, dewa menteri,
dan seterusnya. Jadi, seorang pemimpin itu bahasa analognya adalah hubungan
antara subjek dan predikat yang mempunyai dimensi lebih tinggi. Agar seseorang
memiki dimensi yang lebih tinggi maka pikiran dan pengalamannya harus lebih
luas, lebih dalam, dan lebih tinggi. Dari sisi formalnya, untuk menjadi seorang
pemimpin maka kita melanjutkan pendidikan kita ke jenjang yang lebih tinggi,
salah satunya melanjutkan pendidikan ke S2 atau Magister. Melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itu merupakan salah satu cara
meningkatkan dimensi kita. Maka sebenar-benar hidup adalah menuju dimensi yang
lebih tinggi. Jadi, pemimpin itu adalah hubungan subjek dan predikat. Artinya
sebagai pemimpin yang terpenting adalah bagaimana mengelolah sifat-sifatnya.
Namun sebenar-benar manusia adalah tidak lengkap dan tidak sempurna menjatuhkan
sifat. Pandangan manusia itu tidaklah sempurna karena jika sempurna maka
manusia itu tidak bisa hidup. Maka senar-benar manusia itu bersifat determinis.
Artinya menentukan dan yang ditentukan itu dipilih sesuai dengan kemampuannya
dan konteksnya. Determinis itu adalah menjatuhkan atau jatuhnya sifat. Sebagai
manusia tiadalah kita itu yang benar, kita itu hanya berusaha menuju pada
idealnya dari yang kita cita-citakan. Maka sebagai seorang pemimpin yang
mengemban amanah berhati-hatilah agar jangan semenah-mena menentukan nasib dari
yang dipimpinnya, karena setiap yang dipimpin itu siapapun dia adalah dunia
lengkap dan ada strukturnya. Maka jika kita mengeliminasi salah satu sifatnya
dengan cara mengabaikan atau memilihnya maka sama artinya kita sudah
mengabaikan dunianya. Seorang pemimpin itu memiliki kemampuan manajerial yang tercakup
dalam ilmu-ilmu kepemimpinan.
3. Dalam olah pikir, menembus ruang dan waktu itu
berbeda dengan menembus dunia. Bagaimana caranya menembus dunia dengan rasa
ikhlas ?
Penjelasan
:
Caranya
adalah sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Menembus ruang dan waktu itu adalah
kodrat-Nya, begitupun ikhlas itu juga adalah kodrat-Nya. Keikhlasan itu jika
diturunkan ke dalam filsafat, itulah yang disebut dengan menembus ruang dan
waktu. Artinya tidalah menembus ruang dan waktu jika tidak ada keikhlasan.
Sebenar-benar hidup adalah ikhlas itu sendiri, maka sebenar-benar hidup itu
adalah menjalani sesuai dengan kodrat-Nya. Jika ada pemaksaan kehendak maka
itulah yang disebut dengan tidak ikhlas atau salah ruang dan waktu. Dalam hal
belajar, belajar yang paling baik dalam pandangan filsafat adalah yang sesuai
dengan kodrat-Nya atau sesuai dengan sifat manusia yaitu bersilahturahim,
berkomunikasi, mandiri, merdeka, otonom, dan seterusnya. Jadi, ikhlas itu
adalah menembus ruang dan waktu yang benar atau sesuai dengan kodrat Tuhan.
4. Apa bedanya para dewa dengan powernow ?
Penjelasan
:
Ayam
itu dewanya cacing, cacing itu dewanya tanah, engkau itu dewanya adikmu, engkau
itu dewanya kendaraanmu, dan dosen itu dewanya mahasiswanya. Maka sebenar-benar
yang dimaksud dengan dewa adalah subjeknya. Sedangkan objeknya adalah daksa.
Dewa itu di langit sedangkan daksa di bumi. Mahasiswa dan dosen adalah daksa,
sedangkan dewanya adalah menteri. Di dunia ini, Amerika, Cina, dan Rusia itu
merupakan negara para Dewa, dimana mereka adalah negara terkuat dan berkuasa
karena memiliki nuklir yang merupakan senjata paling kuat dan berbahaya di
dunia. Jika diturunkan menjadi kajian politik, sosio-politik, dan
sosio-geografi politik maka jadilah istilah powernow. Istilah powernow sendiri
dibuat oleh negara para dewa itu sendiri. Secara filsafat, kita sekarang berada
di zaman pos pos modern atau disingkat posmo yang dalam istilah sosiologinya disebut
zaman kontemporer. Dalam zaman kontemporer ini yang menjadi dewanya adalah sang
powernow. Sang powernow itulah yang sekarang paling berkuasa yaitu mereka yang
memiliki paling banyak nuklir dan dewanya adalah pemimpin tertingginya.
5. Apa bedanya power now dengan multifacet ?
Penjelasan
:
Powernow
itu digambarkan sebagai orang yang super, sehingga tidaklah cukup jika wajahnya
cuma satu. Dalam perwayangan, superpower itu adalah prabu Rahwana, yang mana ia
mempunyai banyak muka dan disebut dasamuka. Dasamuka itu menunjukkan hidup yang
standar ganda. JIka mukanya satu menunjukkan standar satu, jika mukanya sepuluh
menunjukkan standar sepuluh, dan seterusnya. Jangankan muka sepuluh, bermuka
satu saja memiliki banyak standar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika orang-orang
dari negara superpower selalu menerapkan standar ganda. Istilah standar ganda
sendiri sebetulnya masih sangat kurang, sehingga munculah istilah standar jamak
yang dalam perwayangan ditunjukkan oleh prabu Rahwana atau dasamuka. Biasanya
orang seperti itu adalah orang yang jahat. Namun dari sisi positifnya karena
tuntutan zaman, maka kita juga harus menyediakan diri untuk mutifacet.
Multicafet dalam arti multideimensi, multikebutuhan, dan dunia yang berstruktur
sehingga dari sisi manapun kita bisa ditinjau. Dari sisi filsafat, multifacet
itu adalah alat untuk menembus ruang dan waktu supaya kita sopan dan santun.
Misalnya, meskipun kita sendang bersedih namun ketika kita bertemu teman atau
orang lain atau hal yang menyenangkan maka wajah kita menjadi ceria. Hal
tersebut adalah contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita memiliki lebih
dari satu wajah atau multifacet.
6. Bagaimana filsafat memaknai perbedaan agama ?
Penjelasan
:
Perbedaan
agama itu berdimensi, berlevel dari material, formal, normatif, dan
spiritualitas. Maka mensiasatinya adalah sesuai dengan ruang dan waktunya serta
sesuai dengan dimensinya. Sesuai dengan dimensi maskdunya ketika engkau
beribadah di tempat ibadahmu, maka engkau tidak bisa mengajak orang yang
berbeda keyakinan beribadah di tempat ibadahmu dan sebaliknya. Jika diturunkan
dalam bentuk ilmu-ilmu bidang termasuk ilmu-ilmu politik, tata kenegaraan, dan
sebagainya, Indonesia mempunyai dasar falsafah yaitu pancasila. Falsafahnya
pancasila yaitu monodualisme, artinya urusan tentang Tuhan adalah urusan
masing-masing tergantung agama yang dianutnya dan urusan tentang sesama manusia
adalah urusan bersama. Meskipun pancasila itu dihujat, dilupakan, diperangati,
tidak diperingati dan sebagainya, tetaplah relevan karena pancasila
mencerminkan bangsa kita sejak dahulu sebagai bangsa yang toleran, yang
menghargai perbedaan. Karena sebenar-benar manusia, ketika turun ke bumi
tiadalah yang sama. Jika kita mau mencari persamaan maka didasarkan pada
skupnya yaitu skup keluarga, skup agama, skup kuliah, skup fungsi, skup tugas,
dan seterusnya serta skup daripada sifat yang ada dan yang mungkin ada.
0 komentar:
Posting Komentar